TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku menilai banyak kritik yang disampaikan kepadanya hanya menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif. Meskipun demikian, dia menilai kritik seperti itu diperlukan.
Presiden mencontohkan kritik soal Indonesia berhasil mendapatkan penilaian kepercayaan internasional atau international trust yang tinggi dari lembaga lembaga pemikir atau think tank Australia, Lowy Institute. Selain itu, dia juga mencontohkan kritik soal pembangun infrastuktur jalan tol yang begitu masif di era kepemimpinannya.
Kritik tersebut, menurut presiden, sebagian bernada menyindir dan membanding-bandingkan hal yang tidak sepadan.
“Ada yang bilang, memang kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyatkan makannya nasi, international trust enggak bisa dimakan. Ya memang enggak bisa. Sama seperti jalan tol enggak bisa dimakan, ya memang. Nah ini, ini contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif itu, ya begini,” kata Jokowi dalam pidatonya di Rapat Tahunan MPR RI, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Agustus 2023.
Meski begitu, presiden mengaku senang tak keberatan dengan kritik seperti itu. Menurut dia hal-hal seperti itu harus ada agar kritik lebih bewarna dan tidak monoton.
Jelaskan pentingnya international trust
Menurut politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP tersebut, dengan penilaian kepercayaan internasional yang tinggi maka kredibilitas Indonesia akan lebih diakui dan kedaulatan Indonesia akan lebih dihormati. Suara Indonesia, kata dia, akan lebih didengar sehingga memudahkan dalam bernegosiasi.
Iklan
Jokowi menyebut peluang tingginya kepercayaan dunia Internasional kepada Indonesia tersebut harus dimanfaatkan. Ia menyebut Indonesia akan rugi besar jika melewatkan kesempatan itu karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu Indonesia akan kembali memilikinya.
Sehingga, menurut presiden, strategi pertama untuk memanfaatkan kesempatan itu dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Apalagi, Jokowi menyebut Indonesia bakal mengalami puncak bonus demografi di tahun 2030. Hal ini menurut dia merupakan peluang besar untuk meraih Indonesia Emas 2045.
“Kita juga harus kembangan sektor ekonomi baru yang membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya, yang memberikan nilai tambah sebesar-besarnya. Di sinilah peran sektor ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity kita untuk meraih kemajuan,” kata Jokowi.
Baca yuk berita ini: Jokowi Sedih Disebut Planga Plongo, Bodoh Hingga Firaun Oleh Netizen
Quoted From Many Source